Jakarta–
Selama beberapa pekan mendatang, dunia astronomi akan membicarakan komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) atau komet A3. Komet ini digambarkan akan memiliki bola cahaya terang dengan ekor bercahaya terbentang di belakangnya.
Apa itu komet?
Sebenarnya komet apakah yang sedang ramai dibicarakan ini? Mari kita mulai dengan mengetahui dulu apa itu komet. Secara sederhana, komet adalah benda kecil yang mengorbit Matahari seperti planet mini. Tidak seperti asteroid berbatu, komet adalah benda-benda es.
Bayangkan mencabut gunung es dari laut lepas Antartika, menggelindingkannya di antara debu dan pasir, lalu melemparkannya ke luar angkasa ke orbit mengelilingi Matahari. Kira-kira seperti itulah komet.
Ada ribuan komet yang mengorbit Matahari, tetapi sebagian besar tidak pernah mendekatinya. Mereka menghabiskan seluruh keberadaannya di luar dalam kegelapan, mati dan beku, melayang di angkasa tanpa terdeteksi dan tak terlihat.
Namun kadang kala komet jatuh ke arah Matahari, dan saat itulah mereka dapat terlihat dari Bumi. Saat memanas, mereka mencair, dan gas serta debu yang terperangkap dalam es dilepaskan, membentuk awan berkabut di sekeliling mereka.
Jika awan ini cukup besar, ia dapat memantulkan cukup sinar Matahari untuk membuat komet tersebut terlihat dari Bumi, tetapi hanya melalui teleskop, dan itupun hanya sebagai bintang yang kabur dan tidak fokus.
Mereka melengkung mengelilingi Matahari dalam jarak yang sangat jauh, mengeluarkan cukup gas dan debu untuk menarik perhatian beberapa astronom, lalu kembali ke kegelapan.
Namun, beberapa komet cukup dekat menghampiri Matahari sehingga mereka benar-benar menyala dan mengembangkan sesuatu yang lain, yakni ekor. Faktanya, mereka dapat mengembangkan dua ekor. Satu ekor melengkung terbuat dari debu dan satu lagi ekor lurus terbuat dari gas.
Debu meninggalkan jejak di belakang komet, menandai orbitnya, sementara gas tertiup langsung menjauh dari komet oleh partikel-partikel yang tertiup menjauh dari Matahari. Sebagian besar komet yang melakukan ini tidak terlihat oleh mata telanjang. Mereka tampak indah pada foto yang diambil melalui teleskop, tetapi mereka tidak pernah tampak besar atau cukup terang untuk dilihat tanpa teleskop atau teropong.
Komet tersebut kemudian menyapu Matahari sebelum kembali ke kedalaman luar angkasa, melambat dan membeku lagi, memasuki semacam mati suri sebelum bertahun-tahun, puluhan tahun, berabad-abad atau bahkan ribuan tahun kemudian, mencapai titik terjauh orbitnya dan, seperti kereta luncur yang mencapai puncak lintasannya, mulai jatuh kembali ke arah Matahari lagi.
Kenapa komet A3 istimewa?
Ketika komet A3 ditemukan di 2023 dan para astronom menghitung orbitnya, mereka melihat anomali ruang angkasa baru. Segera jelas bahwa komet baru itu merupakan salah satu dari sedikit komet yang ditemukan setiap beberapa tahun dengan potensi untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Tak hanya itu, komet tersebut memiliki banyak peluang untuk menjadi sangat terang, mungkin menjadi komet paling terang selama bertahun-tahun. Komet A3 diperkirakan akan mencapai puncak kecerahannya pada Jumat 27 September saat mencapai perihelion, titik terdekatnya dengan Matahari pada orbitnya yang diperkirakan sepanjang 80 ribu tahun. Jadi ini adalah penampakan komet tersebut paling terang untuk pertama kalinya dalam 80 ribu tahun.
Mengutip BBC Sky at Night, menurut para astronom, begitu terangnya komet ini sehingga orang awam yang tidak memiliki pengetahuan tentang astronomi pun akan dapat melihat dan menemukannya dengan segera, hanya dengan mendongak ke atas.
Berdasarkan perhitungan lebih lanjut, para astronom memperkirakan bahwa pada Oktober 2024 komet tersebut mungkin akan menjadi begitu terang untuk sesaat sehingga dapat terlihat pada siang hari, lalu mungkin bersinar terang di langit malam saat melewati Bumi sebelum memudar lagi.
Tetapi mereka menekankan bahwa kondisi itu tidak dijamin pasti terjadi. Selalu ada kemungkinan komet itu akan padam seperti kembang api yang lembab, sebagaimana yang terjadi pada komet-komet menjanjikan lainnya di masa lalu.
Wilayah komet A3 terlihat
Bagi yang berada di belahan Bumi selatan, termasuk Indonesia, pemandangan terbaik kemungkinan akan terjadi sebelum Matahari terbit di sekitar perihelionnya pada 27 September.
Tanggal itu adalah saat terdekat komet A3 dengan Matahari, sehingga kemungkinan besar komet akan berada pada titik paling terangnya, saat berada di konstelasi Leo dan Sextans.
Untuk negara-negara di belahan Bumi utara, kemungkinan besar akan memiliki kesempatan terbaik untuk melihat komet A3 di langit setelah Matahari terbenam sekitar tanggal 12 Oktober, ketika komet tersebut akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi.
Komet A3 akan berada di konstelasi Ophiuchus di atas barat, dan secara bertahap memudar seiring berjalannya bulan. Namun, mereka yang berada di belahan Bumi utara memiliki beberapa pilihan lain. Mendekati perihelionnya pada 27 September dan hingga 2 Oktober, komet A3 akan terlihat satu jam sebelum Matahari terbit dari belahan Bumi utara.
(rns/rns)